GOAL (PUT)

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Poci Maiyah Tegal Edisi Mei 2025)

Tema Bulan Mei ini, Goal (put), berkaitan dengan amalan-amalan kecil yang secara maraton, bertahap, istiqomah manusia kerjakan. Seperti gambar dalam poster, manusia kecil dengan tangan yang bisa diartikan baru saja meletakan manusia di bumi, atau bahkan akan mengambilnya. Kecil, tapi bukan hal remeh. Seperti itu juga amal baik, Tuhan tidak melihat rupa atau kuantitas amalnya, melainkan kualitas dan rutinitasnya.

‎Terpaksa atau dengan tunduk, punya atau tidak punya goal, manusia akan sampai pada Goal Besar-nya. Dengan taat atau terpaksa, manusia akan sampai pada Tuhan kembali. Beruntunglah manusia-manusia yang menabung amal-amal baik, meskipun kecil atau remeh, sebab amal itu yang akan bersaksi suatu saat nanti di hadapan Tuhan. Bukan berarti beramal besar itu tidak baik, tetapi potensi kesombongan atau syirik khofi (riya) dalam hati lebih mungkin bagi kita yang beramal besar. Meski ada juga sih, sudah amalnya kecil-kecil, eh dianya sombong. Ada, ada juga yang begitu.

‎Manusia seperti sedang melakukan perjalanan game. Petualangan yang goal-nya bukan tentang kemenangan, bukan kepemilikan, bukan prestasi, tetapi game menemukan. Man arofa nafsahu, faqod arofa robbahu, siapa yang “menemukan” dirinya, ia bertemu Tuhannya. Maka ketika Nabi Muhammad bertemu Allah di sidratul muntaha, itu ibarat telah tuntas permainan game-nya. Assalamu’alaika ya ayyuhan nabi, terasa seperti ucapan selamat. Selamat telah sampai ke goal terakhir. Tentunya setelah babak belur ditinggal AFK dan fighting dengan mlipir push turet.

‎Dari meletakan goal-goal kecil sehari-hari, kita menuju goal besar yang nabi doakan. Assalamu’alaina wa ala ibadillahi Sholihin, keselamatan bagi kami, hamba-hamba yang terus terhubung (shil) dengan Nabi Muhammad. Selamat, meski babak belur selama perjalanan panjang melampaui 6 hari penciptaan.

‎Allah menciptakan langit dan bumi (semesta) dalam 6 hari (hitungan waktu). Hari senin adalah simbol as sidrah, kesadaran Tuhan, wujud dzat Nabi Muhammad. Dari as sidrah inilah, muncul ayat Innama amruhu idza aroda syai-an ayyaqula lahu kun fayakun. Dari as sidrah, muncul 5 semesta lainnya. Selasa, semestanya malaikat (nur), Rabu semestanya (ruh), Kamis semestanya jin (nar/plasma), Jumat dan Sabtu semesta materi (air dan tanah).

Lihat juga

‎As sidrah, jika boleh dirumuskan, seperti C = E x Tachyon². Kesadaran/Consciousness (as sidrah) adalah hasil dari energi (ruh) yang melesat dengan kecepatan cahaya kuadrat 27. Kecepatan cahaya = 300.000 km/detik kuadrat 27. Kenapa 27? Otak atik gatuk, itu adalah 27 derajatnya orang yang sholat jamaah. SHolat adalah mi’rajul mukminin, sedangkan sholat jamaah simbol kita akhir game dan kembali ke Goal Besar, yaitu bertemu Allah.

‎Dalam as sidrah, semua waktu (masa lalu, kini, dan nanti) itu tercipta, sudah selesai, dan sekaligus bergerak secara serentak/bersamaan. Takdir semesta sudah selesai. Dan turunannya, yaitu rumus E =m.c², adalah semesta ruang-waktu malaikat, ruh, dan jin. Turunannya lagi, yaitu konsep waktu materil dari Newton, yaitu planet-planet dan manusia. Mungkin saja, maksud ayat di Qur’an, bahwa dunia ini hanyalah permainan (game), ibarat manusia dan jin menjadi akun game Tuhan. Kita melangkah dari goal-goal kecil, level demi level, tier demi tier, untuk mencapai Goal Akhir, yaitu bertemu dengan yang memainkan kita. Lalu pertanyaan paling tua sepanjang sejarah umat manusia pun terjawab :

‎1. Dari mana kita berasal?

‎2. Apa alasan kita hidup?

‎3. Kemana kita setelah mati? Dan,

‎4. Mengapa Tuhan yang awalnya tidak menciptakan tiba-tiba berubah menciptakan as sidrah, ini pertanyaan tidak relevan. Sebab, awal waktu saja tercipta di as sidrah. Dan pertanyaan tentang perubahan adalah konsekuensi dari berlangsungnya waktu. Sedangkan Tuhan imanen (berada di dalam “akun”), dan juga transenden (tak terjangkau “akun”). As sidrah, adalah batas Goal (Put), permainan tuntas. Perjalanan usai.

‎Tegal, Jumat 2 Mei 2025

(Redaksi Poci Maiyah/Abdullah Farid)

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button